Pengalaman Hidup

by - 8/11/2011


      Berdiri sesosok lelaki paruh baya di tepi jalan diantara lalu-lalang bus kota. Sambil tertatih, gitar di pikulnya . Perlahan ia menaiki sebuah bus antarkota dan seakan berharap ada sedikit rezeki di dalamnya.

     "Ini bus 63 ya, Kek?" tanyaku
      Dengan pendengarannya yang tak lagi tajam, ia berkata,
     "Ah.. iya dek". 
     Aku pun segera melangkahkan kaki menaiki bus tadi.

      Keramaian orang-orang yang hendak kembali ke rumah memenuhi bus sehingga tak ada satupun kursi yang tersisa. Dengan menggendong tas sekolah dan memeluk binder biru, aku berdiri di dekat pintu. Mungkin iba, seorang pemuda mempersilahkanku untuk duduk di kursi yang di tempatinya tadi. Aku pun tidak menolak. Bus pun sudah mulai berangkat dengan tujuan Bekasi, aku pun bergegas mengambil ongkos sementara pak kondektur sudah siap menagihnya dari para penumpang yang duduk di belakang.

     Suara dawai gitar perlahan mengalun. Terdengar suara petikan yang  tak sempurna mendandakan kurangnya tekanan jari pada kunci. Aku baru ingat, suara itu berasal dari kakek tadi. Dengan agak serak ia mulai bernyanyi. Bukan sebuah lagu yang sering di dengar saat ini. Tapi merdu. Membawa kedamaian bagi yang mendengarnya.

     Saat pak kondektur mengambil ongkos yang daritadi aku pegang dan memberikan kembalian. Aku mengambil selembar uang untuk aku berikan kepada kakek tadi. Aku hanya berharap, walaupun jumlahnya kecil, semoga uang yang aku berikan akan sangat berguna untuknya.
      Tiba saatnya si kakek meminta sedikit rezeki dari para penumpang. Sambil menunggu, aku menoleh ke jendela untuk tahu sudah sampai mana perjalanan.
     "Cring, cring cring" bunyi recehan bergerincing di sebuah kantong plastik bekas permen. Aku memasukkan selembaran uang tadi ke kantong plastik tersebut dan tersenyum kepada si kakek. Si kakek itu pun membalas senyumku dengan sedikit raut muka lelah.

      Aku bersiap untuk turun dari bus karena tempat yang aku tuju sudah dekat. Aku mempersilahkan seorang ibu muda yang berpenampilan rapih untuk duduk. Setelah semakin dekat dengan tujuan, aku sudah siap akan turun, kakek tua tadi bertanya padaku,

      "Turun di Jatibening ya, dek?"
      "Eh.. iya, Kek. Saya duluan ya, Kek" balasku.

Bus pun berhenti sejenak untuk menurunkan penumpang yang turun di Jatibening. Sambil tetap tersenyum aku turun dan berjalan ke arah kerumunan ojek dan memanggil salahsatu dari mereka. Aku sempat bertanya kepada si tukang ojek apakah sudah tiba waktu maghrib.  Karna sudah waktunya berbuka, aku meminum teh kotak yang sudah kubeli tadi sepulang les setelah sebelum itu aku membaca doa terlebih dahulu.

      Di perjalanan ke rumah aku berpikir, meskipun jarak rumahku jauh dari sekolah. Aku dapat mengambil banyak pengalaman berharga selama di perjalanan. Bagiku, pengalaman itu tak terbeli dengan uang. Karna dari pengalaman, kita dapat mengambil asam manis hidup, dan dapat menarik hikmah di dalamnya.


You May Also Like

3 Komentar