Manisnya Buah Kesabaran
Sedikit cerita pendek yang gue tulis untuk tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian. Gue disuruh nulis pengamalan yang berkaitan dengan ciri ilmuwan. Walaupun cerita ini sedikit sudah pernah gue posting, tapi tidak ada salahnya gue post lagi. Gak sama kok, disini gue nulisnya lebih bener aja kayak cerpen :P monggo dibaca :)
Saat saya memasuki
bangku sekolah menengah pertama, saya dimasukkan oleh orang tua saya di tempat
les bahasa Inggris di dekat rumah saya di Bekasi. Untuk dapat menjadi salahsatu
murid disana, saya harus mengikuti ujian masuk untuk menentukan kelas sesuai
levelnya. Saat itu saya sedang tidak fokus dan masih menganggap ujian itu
main-main. Ah yang penting kan sudah bayar, pasti diterima. Saya berpikir seperti
itu. Hasilnya, saya memang diterima tetapi dengan nilai rendah sehingga saya
masuk di level terendah. Saya pun hanya bisa pasrah. Hingga saya menginjak usia
17 tahun saat saya duduk di kelas 11, level yang saya duduki pun berada di
level terakhir pada program itu. Karena setiap kenaikan level ujian yang saya
lalui selalu berakhir lancar, saya pun kembali menganggap remeh ujian akhir
yang akan saya lalui tahun itu. Bedanya dengan ujian kenaikan, ujian kelulusan
ini terdapat presentasi. Saya pikir presentase penilaian saat presentasi lebih
besar dibandingkan ujian tertulisnya. Berbulan-bulan saya persiapkan untuk
bahan presentasi. Hingga pada waktunya tiba saat ujian, saya sama sekali tidak
belajar untuk ujian tertulis, semua soal dan essay saya kerjakan spontan.
Sementara pada saat presentasi saya lakukan sangat maksimal. Saat presentasi,
presentasi saya terbilang cukup bagus dibandingkan dengan teman-teman saya yang
lain, karna itu membuat saya semakin percaya diri bahwa saya akan lulus.
Seminggu kemudian,
hasil ujian pun keluar, saya bergegas menghampiri papan pengumuman yang
letaknya di depan gedung les saya. Ada pikiran yang berkata “ah saya pasti
lulus, saya sudah dari titik nol masuk les disini,” tapi ada juga pikiran “kalo
saya tidak lulus bagaimana, padahal saya sudah bertahan disini sudah hampir
lima tahun.” Akhirnya saya memberanikan diri untuk mencari nama saya di antara
ratusan siswa yang juga telah menghadapi ujian. Saya cek lagi. Dan saya cek
lagi nama yang tertera di papan. Tidak salah kok. Tapi kok? Dengan pikiran
kosong saya kembali menghampiri ibu dan kakak saya yang tadi mengantar saya
melihat pengumuman.
“Gimana dik,
hasilnya?” tanya ibu saya.
“Gak lulus, ma.”
Saya menjawab dengan nada biasa saja, seakan bukan masalah besar. Tapi di dalam
hati saya, rasanya saya ingin menangis sejadi-jadinya, berteriak bahkan tidak
mau kembali ke tempat itu lagi.
Setelah
berhari-hari bersedih hati, saya minta sama orang tua saya untuk minta
istirahat melanjutkan les saya dengan alasan belum siap kalau terulang lagi. Saya pending selama sekitar enam bulan. Lalu saya kembali melanjutkan aktivitas
les saya. Hari pertama masuk kelas saya sempat mengalami trauma, karna guru
yang mengajar saya sama seperti saat saya gagal waktu itu. Saya sempat bolos
dan tak mau masuk. Memang saat itu saya bersikap sangat kekanak-kanakan,
sampai-sampai saya yang tidak pernah menangis di depan ibu saya menangis dan
memohon untuk membatalkan les. Tapi ibu saya tetap sabar menasehati saya, ibu
saya bilang bahwa saya anak yang kuat dan bisa melewati level ini yang hanya
tiga bulan. Setelah dibujuk seperti itu saya akhirnya menyerah juga.
Selama saya
mengulang les saya, memaksakan diri agar selalu berpikir positif. Karena itulah
saya bisa bertahan selama tiga bulan, dan saya mencoba agar tidak meremehkan
apapun yang saya pelajari di les. Di kesempatan kedua saya berhasil lulus. Allah
juga seperti membalas segala jerih payah dan kesabaran saya, saat ujian essay,
topik yang saya harus tulis sama persis dengan apa yang saya pelajari siang
itu, ditambah lagi, saya di beri applause khusus oleh guru saya. Betapa sangat bersyukurnya saya, satu kegagalan
yang membuat saya bangkit dan semakin kuat. Dan dari kegagalan itulah saya
yakin, meskipun kita mengalami kegagalan, kita harus selalu sabar dan penuh
tawakal. Karna dibalik kesabaran akan tertoreh buah yang manisnya semanis madu.
Mungkin kita gagal
mendapatkan emas hari ini, tapi jika kita bersabar, tuhan akan berikan kita
mutiara esok hari.

0 Komentar